Sabtu, 07 Maret 2009

Menyusuri Perut Bumi Solok Selatan

Goa Sungai Mintan

Hening, gelap, dan sedikit mencekam, itulah perpaduan rasa saat berada di dalam gua. Namun ketika bertemu pesona lain di perut bumi ini berupa aneka stalaktit dan stalagmit, pudar sudah semua itu. Justru yang tinggal rasa penasaran untuk terus menyusuri gua, lebih dalam dan leeebiiiiih daaaalaaaam lagi.

Gambaran rasa di atas juga Travel Club (TC) alami saat berada di dalam Gua Sungai Mintan, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Gua atau lubang alami di sekitar Ngalau Bukit Sungai Mintan ini menjadi salah satu obyek kunjungan dalam kegiatan Fam Tour yang diadakan Kantor Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Solok Selatan (Solsel), beberapa waktu lalu.

Jelang sore, ketika menunggu sajian budaya Batombe di Rumah Gadang 21 Ruang, salah seorang pemuda Jorong Sungai Mintan bernama Thamrin mengajak TC memasuki Gua Bukit Sungai Mintan. Beberapa penduduk dan anak-anak mengikuti kami. Rupanya pemahaman mereka mengenai penyusuruan gua dan etika berada dalam gua, masih minim. Akhirnya TC menyarankan supaya mereka tidak gaduh dan menungu di mulut gua.

Gua Sungai Mintan bercabang dua. Menurut Thamrin yang juga anggota Kelompok Pencinta Alam (KPA) Andalas Park, lorong gua ke arah kanan panjangnya sekitar 100 meter, sedangkan yang ke kiri lebih kurang 300 meter. “Kalau gua sebelah kiri ujungnya turun ke sungai, kalau yang kanan ke perkebunan,” jelasnya.

Penyusuran pertama kami pilih gua sebelah kanan. Sekitar 15 menit, kami tiba di ujung goa dan kemudian kembali ke mulut gua. Selanjutnya kami menyusuri gua sebelah kiri.

Kedua gua ini dialiri sungai bawah tanah. Di alamnya terdapat beberapa hewan, antara lain kelelawar, dan jangkrik gua. Bahkan kata Thamrin, dia pernah melihat ular dan beberapa ikan.

Khusus di gua sebelah kanan, terdapat beberapa stalaktit atau bantuan yang mengantung di langit-langit dan juga stalakmit atau bantuan yang mencuat dari lantai gua. Bentuknya beragam, ada yang besar seperti kubah ada yang memanjang dan menggantung. Aliran sungai gua ini cukup deras terlebih kalau hujan. Beberapa bagian memiliki kedalaman sekitar 1 Meter. Medannya cukup variatif, antara lain berupa terowongan besar dan beberap bagian berbentuk terowongan sempit.

Setibanya di genangan air seperti telaga, kami memutuskan untuk berhenti menyusuri gua ini. Kondisi genangan semakin dalam, sementara kami tidak membawa perlengkapan bernenang apalagi menyelam.

Gua Bukit Sungai Mintan berada di Jorong Sungai Mintan Kecamatan Sangir Batanghari, sekitar 8 Km dari Abai Sangir. Gua ini berada tak jauh dari jalan aspal, sekitar 15 menit melewati rumah penduduk dan perkebunan serta semak belukar. Letaknya di sekitar Ngalau Bukit Sungai Mintan yang dikelilingi oleh hutan dan belukar.

Masih ada gua lain yang bersemayam di Solsel. Kondisinya masih asri, jarang orang yang menyusurinya. Kecuali penduduk sekitar, itu pun terbatas pada goa yang memiliki sarang Burung Walet. Selain cukup jauh, sarana transportasinya kurang memadai sehingga untuk mencapai gua yang sebagian besar berada di sekitar ngalau, agak sulit dijangkau. Justru kondisi keasriannya itulah membuat beberapa gua di Solok Selatan tergolong terjaga keperawanannya.

Sebagian besar gua di Solsel berada di Kecamatan Sangir Jujuan. Goa Indah misalnya berada di Jorong Sungai Kunyit, Nagari Sungai Kunyit sekitar 9 Km dari ibukota kecamatan. Untuk mencapainya, kita harus menyusuri jalan setapak sekitar 200 meter, melintasi perkebunan karet yang menjadi komoditi andalan masyarakat setempat. Di dalam gua ini dapat ditemui sarang Burung Walet yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk menambah penghasilan.

Masih di Kecamatan Sangir Jujuan, tepatnya di Lubuk Malako terdapat Gua Lubuk Malako. Lokasinya berjarak sekitar 4 Km dari ibukota kecamatan. Untuk mencapai mulut gua, kita haru mnyusuri jalan setakap sekitar 4 Km. Gua ini berada di kawasan perkebunan rakyat yang ditanami karet dan kopi.

Sedangkan di Kecamatan Sangir juga ada Gua Tambang, letaknya di Nagari Lubuk Gadang, sekitar 7 Km dari ibukota kecamatan. Untuk menuju kesana kita bisa menggunakan kendaraan roda empat dan dua lalu berjalan kaki menyusuri jalan setapak selama 2 jam. Goa ini berada di Ngalua Tambang, dulu di sekitar gua merupakan tempat penambangan timah. Kini did alam gua ini terdapat sarang Burung Walet yang dikelola warga lokal.

Gua Rakyat Batu Tualang berada di Jorong Bukit Kanding, Nagari Pakan Rabaa, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, sekitar 10 Km dari ibukota kecamatan. Untuk mencapainya kita harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak sekitar 1 jam. Panjang gua ini sekitar 200 Meter, di dalamnya terdapat sarang Burung Walet yang dikelola warga sekitar. Sedangkan di Nagari Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu juga terdapat Gua Bujang Juaro. Gua ini dapat dicapai dengan kendaraan roda empat maupun dua, berjarak sekitar 19 Km dari ibukota kabupaten. Selanjutnya berjalan kaki menapaki setapak sekitar 2 jam. Di dalam gua ini juga terdapat sarang Burung Walet.

Amat Potensial

Selain gua, Kabupaten Solok Selatan juga dianugerahi pegunungan yang dihiasi hutan hujan tropis, hutan lindung, beberapa air terjun, sungai besar yang dapat digunakan untuk berarung jeram (rafting), dan Gunung Kerinci berketinggian 3.805 Meter dpl. Belum lagi obyek wisata agro seperti Perkebunan Teh Kayu Aro, kayu manis, karet, dan sebagainya. Obyek wisata budaya dan sejarahnya pun amat potensial, antara lain Ustano Rajo Balun di Jorong Balun, Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, fosil gajah purba di Balun, perkampungan tradisional atau Nagari 1000 Rumah Gadang di Kecamatan Sungai Pagu dan Kecamatan Koto Parik Gadang diateh, Rumah Gadang Panjang 21 Ruang di Nagari Abai Kecamatan Sangir Batang Hari, Masjid 60 Kurang Aso di Kecamatan Sungai Pagu, Batu Buayo Putiah di Kecamatan Sangir, Rumah dan Tugu PDRI di Nagari Bidar Alam dan berbagai situs budaya lain yang tengah diinventarisasi dan pontensial dikembangkan pada masa depan.

Bermacam adat dan kesenian tradisional juga dimiliki Solsel, antara lain Rabab, Saluang Patiak Tigo di Pekonina, Gandang Sarunai di Pekan Selasa, Salawat Dulang, Tradisi Batombe di Abai, Talempong, Randai, dan upacara adat lainnya yang khas.

Kekayaan alam, obyek sejarah, adat tradisi dan seni budaya Kabupaten Solok Selatan, kelak dapat menjadi salah satu andalan pemasukan daerah lewat sektor pariwisata. Namun untuk mewujudkan itu, diperlukan promosi yang tepat sasaran dan berkelanjutan. TC AK

Tips Perjalanan

Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat mudah di jangkau. Kalau datang dari Luar Sumatera, lebih praktis naik pesawat menuju Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang. Kemudian naik bus travel berkapasitas 8 orang dengan tarif Rp 30.00 atau mencarter Rp 250. 000 per hari sampai di Muaro Laboh. Jarak tempuh Padang - Solsel sekitar 3 jam. Lebih praktis lagi beli paket wisata Solsel di biro-biro perjalanan di Kota Padang. Biasanya paket tersebut sudah termasuk transportasi dan pemandu. Kalau ingin menyusuri gua-guanya, sebaiknay ditemani dengan penduduk lokal sudah mengenal gua tersbut. Bawa serta perlngkapan menyusuri gua, tergantung jenis guanya, apakah horizontal, vertikal (sumuran), basah (bersungai bawah tanah) atau kering.

di copy dari solsel.multiply.com

Info untuk kenyamanan perjalanan wisata anda.

Sejuk Alam Ngalau Basurek


Bicara tempat wisata baik alam, sejarah, petualangan dan budaya datanglah ke Sijunjung. Kabupaten Sijunjung memiliki segudang tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Anda akan disuguhi panorama alam yang indah dan tidak ada di tempat lain. Kita akan menikmati keelokan Muaro Silokek Durian Gadang (Musiduga).


Bagi Anda yang berasal dari luar Kabupaten Sijunjung, Anda dapat menuju Muaro Sijunjung dari tiga gerbang masuk, pertama dari selatan (Jambi, Teluk Kuantan, Dharmasraya) anda masuk dari Simpang Tanah Badantung menempuh + 10 KM untuk sampai ke Muaro Sijunjung, kedua dari arah Barat (Padang, Solok, Sawahlunto) Anda masuk dari Simpang Muaro Bodi menempuh jarak + 8 KM menuju kota ini, dan dari arah utara (Batusangkar, Bukittinggi, Payakumbuh, Pekanbaru) anda harus menempuh jalur Jalan Negara Lintau Setangkai menuju Tanjung Ampalu dan + 7 KM Anda akan sampai di Muaro Sijunjung.

Jika ingin menginap di kota kecil nan asri dan damai ini ada tiga penginapan mulai dari kelas hotel bintang tiga sampai kelas melati, yakni Hotel Bukit Gadang, Wisma Anggrek dan Penginapan Muaro Indah. Dengan tarif bervariasi mulai dari Rp.250.000 sampai Rp.75.000,- Anda dapat tidur dengan nyaman dan bermimpi indah di keheningan malam.


Perjalanan menuju kawasan Musiduga dimulai dengan melewati jembatan Ombilin dengan sepanjang +150 m, melewati jalanan kecil yang menurun mendaki dan berliku dibalut oleh hutan dan perbukitan batu terjal menelusuri ke hilir Daerah Aliran Sungai Batang Kuantan nan indah. Jalur ini merupakan bekas jalan kereta api yang dibuat semasa penjajahan Jepang dengan sistem kerja paksa atau lebih dikenal denga Romusha.

Aliran sungai yang deras sangat bagus untuk olahraga petualang arum jeram. Untuk ini pemkab setempat telah menyediakan dua unit perahu karet yang dapat digunakan dengan menghubungi pihak terkait, + 4 KM atau 15 menit perjalanan mobil Anda akan menemui sebuah ngalau atau gua di tepi jalan.

Di ngalau yang dikenal dengan nama Ngalau Basurek terdapat dua gazebo yang dapat digunakan sebagai tempat rehat menikmati sejuknya alam. Memasuki ngalau ini dapat dilakukan dengan mengunakan senter, lampu petromak dan obor yang telah disediakan oleh pedagang kaki lima yang selalu ada di setiap hari libur tepat di mulut ngalau tersebut. Menelusuri ngalau yang dialiri sungai kecil didalamnya membuat adrenalin Anda teruji, hawa dingin dan gelap akan menemani Anda disertai lalu lalang kelelawar dan burung walet.

Gemericik air yang jatuh dari stalaktit membawa zat kapur membentuk stalakmit nan indah menawan akan membuat Anda terpesona dan menghilangkan kesan seram ketika Anda memasuki ngalau tersebut dan mungkin akan membuat Anda penasaran dan ingin masuk lebih dalam lagi. Namun Anda tetap harus hati-hati karena jalanan licin dan batuan dapat membuat jiwa Anda terancam.

Kepuasan Anda tidak hanya sampai di situ saja, berlalu dari gua Anda akan disuguhi tebing batu yang curam di kiri kanan aliran sungai. Jika Anda mendongkak ke atas akan terlihat lagi ngalau menganga di dinding bukit batu tersebut. Areal bukit ini juga sering digunakan untuk olah raga panjat tebing. Jika Anda memiliki kegemaran olah raga ini, Anda dapat mencobanya. Anda tak perlu susah payah lagi mencari jalurnya karena beberapa jalur pemanjatan telah dirintis oleh Kelompok Pecinta Alam.

Lima menit perjalanan dari Ngalau Basurek, Anda akan bersua dengan hamparan pasir indah nan putih dan halus, meski tidak berada di tepi lautan namun ini menjadi satu-satunya pasir (Pasia: orang Padang menyebutnya untuk daerah pantai/tepi laut) di kabupaten ini, walau berada di tepi sungai, putih dan halusnya pasir ini tak kalah dengan yang di tepi laut.

Pasir putih nama yang pantas untuk dijuluki pada hamparan ini, di sini Anda dapat bercamping ria dengan mendirikan tenda dan bagi yang gemar memancing Anda cukup melemparkan kail dari tenda Anda ke aliran Sungai Kuantan.

Sungguh nikmat memandangi kekuasaan Tuhan yang tak ternilai harganya ini. Lebatnya hutan di perbukitan cadas dan indahnya relief-relief batu yang di ukir oleh alam serta liukan burung walet dan kelelawar yang keluar dari Ngalau yang ternganga pada tebing bukit tepat diseberang sungai membuat anda akan betah berlama-lama menikmati pesona ini.

Sebaiknya Anda tidak melakukannya di musim hujan karena Pasir Putih ini akan digenangi air sungai Kuantan yang meluap sekaligus akan meratakan dan menghaluskan pasir ini lagi.

Berlalu dari Pasir Putih anda akan melewati Koto Nagari Silokek nan damai. Kira-kira 3 KM berjalan memasuki nagari Duarian Gadang Anda akan tergoda dengan kehadiran sebuah Air Terjun. Jika Anda membawa kendaraan anda harus memarkir kendaraan di tepi jalan, dengan tarif Rp. 1.000 s/d 2.000 per kendaraan yang di kelola oleh pemuda setempat, kendaraan Anda akan aman untuk ditinggalkan.

Menuju air terjun ini Anda harus ekstra energi dan ekstra hati-hati, jalan setapak nan curam dengan kemiringan 60 derjat membuat nafas anda ngos-ngosan, namun semua itu akan terbayar ketika anda memasuki kawasan air terjun ini, hempasan air dari ketinggian 40 M ini membuat embun yang tak henti-hentinya menyejukan dan peluh yang keluar sebelumnya akan bersenyawa dengan embun air nan dingin dan sejuk ini membuat suasana semakin segar.

Setelah puas bermain dengan sejuknya air terjun terus menelusuri hilir Batang Kuantan nan indah anda akan bertemu dengan seonggok besi tua, sebuah benda cagar budaya peninggalan Penjajah Jepang yang terletak di pinggir jalan Durian Gadang - Silukah, kurang lebih 1,5 KM dari Pasar Durian Gadang. Lokomotif Uap nan kokoh masih bertengger memutarkan pikiran kita akan kejamnya penjajahan Jepang memperlakukan bangsa kita secara paksa untuk membangun jalan kereta api menuju Logas Propinsi Riau.

Dari situs ini + 1 KM anda akan menemukan situs yang lebih tua lagi, yakni dua bongkah batu yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Batu Basurek dan Batu Tempat duduk dengan posisi menelungkup, konon menurut penduduk setempat seperti yang di utarakan pak Syafri batu ini berasal dari Negeri jiran Malaysia tepatnya Negeri Sembilan yang mengirimkan utusannya membawa beberapa batu menuju Sumpur Kudus, namun karena tidak sanggup lagi membawanya dua batu ini ditinggalkan begitu saja di Silukah ini.

Sedangkan satu batu lagi berhasil sampai di Sumpur Kudus yaitu Batu Lesung. Pada batu ini terdapat tulisan yang di ukir seperti Cap kuno dengan alas bergambar bunga Teratai. Konon batu seukuran dengan helm Standar ini akan terasa berat diangkat jika kita takabur. Jaman dahulu daerah ini merupakan rute jalan kuda dari Rengat Riau menuju Sumpur Kudus dimana bermukimnya Raja Abadi pada masa itu.

Berjalan 1.5 KM dari tempat tersebut anda akan melewati jembatan gantung melintasi Batang kuantan yang beraliran deras. Di sisi kanan jembatan tersebut terdapat sebuah gua nan indah yang di aliri oleh air nan jernih, namun untuk memasukinya anda harus membawa perlengkapan sendiri, karena pada ngalau yang diberi nama ngalau Silukah ini tidak tersedia obor sewaan seperti pada ngalau Basurek sebelumnya.

Berwisata ke Musiduga anda tidak akan puas-puasnya karena masih banyak tempat yang belum begitu dikenal oleh khalayak umum, kehadiran tempat wisata di daerah ini meski didukung sepenuhnya, semisal dengan peningkatan sarana dan prasarana pada tempat-tempat tersebut, seperti Rambu-rambu jalan, pemberian plang nama, memperbaiki jalan kendaraan maupun jalan orang dan manajemen pengelolaan yang lebih baik. Semoga Kabupaten Sijunjung lebih dikenal lagi dengan kehadiran tempat wisata ini. (Dicky Aang Pagatian)

by padangtoday.com

Info untuk kenyamanan perjalanan wisata anda.

Goa Loguang , Keajaiban yang Menakjubkan

Goa Loguang











Kabupaten Sijunjung katanya tidak memiliki potensi wisata.

Padahal sebenarnya, potensi tersebut amat banyak.

Di antaranya goa dan air terjun tujuh tingkat.

Goa (Ngalau) Loguang begitu masyarakat Aieangek menyebutnya.

Goa dengan panjang 7 Km ini

memiliki satu pintu masuk dan memiliki enam jendela. Pintu masuk di dilengkapi

tangga pengaman, sementara jendela dapat digunakan sebagai pintu keluar.Goa ini amat

indah. Ornamen-ornamen yang bergelantungan, stalaktit dan stalakmit menyebar bebas dengan

berbagai bentuk dan warna yang mempesona. Goa ini masih hidup, sebab di dalamnya ada

sungai kecil yang mengeluarkan gemercik air dingin. Lebih takjubnya, sungai kecil dalam

goa gelap tersebut dihiasi berbagai jenis ikan dan binatang jinak lainnya.Selain

menikmati pemandangan dalam goa, di tengah ngalau Anda akan menemukan hamparan datar yang

luas yang dapat dijadikan tempat santai bagi keluarga. Hamparan ini kerap kali digunakan

sebagai lokasi kemping bagi kelompok anak muda. Udara yang sejuk tetap dapat dinikmati di

dalam ngalau ini, karena angin masuk dari jendela dan pitu masuk. Berbagai kicau burung

juga akan dapat kita dengar sebagai nyanyian pagi hari.Goa ngalau berjarak 20 Km dari

pusat ibukota Kabupaten, Muaro Sijunjung.Untuk menuju ke sana, Anda dapat menggunakan

kendaraan roda empat maupun roda dua ataupun berjalan kaki. Nagalau Loguang yang

terletak diantara dua pemandian air panas serta hutan lindung yang ini, dialiri air

sungai Tanggalo. Goa ini cocok dijadikan alternatif kawasan wisata. Di sepanjang

perjalanan, pengunjung juga bisa menikmati berbagai macam aneka flora dan fauna yang

tergolong unik dan hanya satu-satunya ada di kawasan ini.

(darlinop)

by padangtoday.com

Info untuk kenyamanan perjalanan wisata anda.

Petualangan Melintas Perut Bumi


GUA SISAWAH KAB.SAWALUNTO SIJUNJUNG

Gua 3






BERPETUALANG di alam bebas selalu memberikan kesenangan tersendiri bagi siapa saja yang ingin melakukannya. Kesenangan tersebut didapat dari keindahan pemandangan dan tantangan yang berhasil kita lewati pada setiap medan petualangan tersebut. Beberapa waktu yang lalu penulis kembali membuktikan dengan merasakan serunya melintasi medan petualangan perut bumi di Sisawah, kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Sumatera Barat. Petualangan di kedalaman perut bumi ini ternyata belum terlalu memasyarakat. Ini dibuktikan dengan minimnya pengetahuan masyarakat tentang kegiatan penelusuran gua ini.

Di daerah Sisawah ini terdapat banyak sekali gua. Ada yang vertikal dan horizontal. Kebanyakan dari gua ini masih terjaga dengan baik. ini terlihat ketika penulis melakukan penelusuran di sana. Pada gua yang sering di datangi banyak orang, biasnya terdapat banyak sampah dan coretan dinding. Sangat berbeda dengan keadaan goa di Sisawah ini. Bahkan ketika penulis mendatangi gua kompe dan sungai lantuang, agak kesulitan mencari pintu masuknya (entrance). Hal ini dikarenakan oleh banyaknya semak belukar yang menutupi kawasan di sekitar mulut gua ini. Menandakan jarang sekali orang mendatangi gua ini. Daerah Sisawah ini ternyata dikelilingi oleh perbukitan karst. Nampak dari kejauhan bukit bukit kapur berwarna putih menyembul berkilat ketika disinari cahaya matahari. Di sekelilingnya dihiasi oleh areal persawahan para petani yang membentang luas.

Pemandangan yang begitu bagusnya menayambut kedatangan penulis beserta rombongan Anggota Muda, dari Mapala Unand. Kami datang ke sini dalam tahapan proses keanggotan anggota muda, yaitu pemantapan Divisi penelusuran gua (caving). Ternyata semua peserta yang mengikuti kegiatan ini terkagum gembira, pemantapan kali ini terasa lebih menyenangkan. Pemandangan alamnya, seperti perbukitan perbukitan di negri Cina yang mungkin sering kita lihat dalam buku - buku dan film silat dari negara tersebut. Terasa seperti di negri dongeng, komentar Joli, salah seorang Anggota Muda.

Penelusuran pertama kami lakukan pada gua Antabuang. Gua horizontal ini termasuk gua basah. Di dalamnya mengalir sebuah sungai kecil, dan bermuara di areal persawahan petani. Secara tidak langsung gua ini telah menjadi cadangan air bagi masyarakat disekitanya, terutama untuk pengairan padi di sawah. Jumlah rombongan waktu itu, sebanyak 20 orang. Terdiri dari tiga orang anggota penuh, termasuk penulis sendiri. Anggota Penuh selama kegiatan berlangsung, bertindak sebagai pengiring dan pemateri untuk Anggota Muda. Sebanyak 17 orang lagi, adalah anggota muda, yang terdiri dari 8 orang Laki - laki dan 9 orang Wanita. Karena jumlah terlalu banyak, kemudian rombongan di pecah menjadi dua tim. Tim pertama, bergerak melakukan penelusuran hingga mencapai top. Tim kedua menunggu giliran disekitar pintu gua, sekaligus mempraktekan pemetaan gua dan pengenalan keanekaragaman ekosisten yang ada di dalamnya.

Hampir seluruh peserta penelusuran waktu itu berdecak kagum melihat keindahan ornamen (hiasan) yang tersaji disepanjang lintasan gua ini. Tidak mengherankan memang, karena gua ini temasuk gua basah, dengan air yang mengalir di dalamnya. Kita tahu juga bahwa rembesan air yang mengalir tersebut, melakukan pengikisan dan akhirnya membentuk bermacam - macam jenis ornamen. Beberapa ornamen yang paling sering ditemukan antara lain, berbentuk Sawahan (rimstonempol), Tirai (gordam), Tiang (pilars) serta ratusan Stalaktit dan Stalakmit.

Dengan banyaknya ornamen yang ditemukan selama penelusuran, membuat waktu 100 menit yang terpakai untuk mencapai ujung dari gua ini, terasa begitu cepat dan singkat. Tapi masing masing tim sadar, ini bukanlah gua pertama dan terakhir yang akan mereka tempuh. Masih banyak lagi gua yang harus kami datangi. Prioritas berikutnya adalah gua Kompe dan Sungai Lantuang. Tiga gua inilah yang menjadi target kami, selama berada di Sisawah ini. Di daerah yang ternyata menyimpan banyak sekali lorong - lorong di perut buminya.

Gua selanjutnya yang kami kunjungi bernama, Kompe dan Sungai Lantuang. Kedua gua ini berjarak ± 1 km dari gua pertama, Antabuang. Sebelum melakukan penelusuran, terlebih dahulu kami mempersiapkan perlengkapan SRT (single rope tekhnic). Dengan kondisi gua yang vertikal ini, para Anggota Muda juga diberikan pengenalan sekaligus simulasi penggunaan perlengkapan SRT.

Pada kedua gua vertikal ini, Gua Kompe mendapat giliran pertama kami kunjungi. Pintu guanya terletak dilereng sebuah pebukitan. Untuk mencapainya dibutuhkan waktu ± 15 menit dari kaki bukit. Karena memang jarang dikunjungi, jalan menuju gua ini harus kita buat sendiri dengan merambah semak belukar yang banyak tumbuh di perbukitan ini. Setelah mencapai mulut gua, perjalanan dilanjutkan dengan menuruni gua tersebut. Perjalanan turun cukup menegangkan juga karena berketinggian ± 12 meter. Di bawahnya ditemukan sebuah ruangan yang sangat besar dan luas. Ketinggian langit - langit dari lantai gua ini mencapai ± 30 meter. Di atasnya bergelantungan dengan sangat indah puluhan stalaktit yang sudah mengering, sehingga kita yang sedang beristirahat di bawahnya tidak lagi dibasahi oleh rembesan air dari atap gua tersebut.

Setelah istirahat sejenak, dari ruangan besar tersebut, tim kembali bergerak turun. Perjalanan kali ini terasa lebih mendebarkan, karena sudah berada pada ruang gelap gulita. Pemasangan perlengkapan SRT dilakukan secara teliti disinari cahaya Headlam dari para peserta. Medan yang harus dilewati sepanjang ± 15 meter. Batu batuan gua yang banyak menyembul sepanjang dinding vertikal ini ternyata sangat rapuh. Beberapa kali bebatuan tersebut berguguran ketika tersentuh oleh anggota tim. Alhamdulillah, Dengan pergerakan cukup lambat dan hati hati, tantangan ini berhasil kami lewati.

Setelah itu kami sampai pada ruangan yang cukup besar dan terdapat aliran air didalalamnya. Aliran air ini keluar pada sebuah lorong sempit yang tidak bisa kami ikuti. Dari aliran air tersebut banyak terbentuk ornamen gua berbentuk kolam kolam kecil. Konon, air dari dalam gua ini juga menjadi sumber pengairan utama areal persawahan petani di sekitarnya. Setelah tiba disini, perjalanan pada gua Kompe berakhir. Pada bagian ujung gua ini, banyak sekali ornamen yang kami temui. Diantaranya gordam yang terus menerus dialiri air menghiasi ssebagian besar dindingnya. Keluar dari dalam gua, hari sudah sore. Kami memutuskan untuk kembali ke base camp yang tidak jauh dari lokasi gua ini. Base camp yang kami tempati merupakan sebuah rumah penduduk. rumah ini terletak agak terpisah dengan rumah penduduk lainnya. Berada di kaki perbukitan gua Kompe. salah seorang anak penghuni rumah, Deri, kebetulan berusia 21 tahun yang berarti sebaya dengan kami, sehingga suasana akrab lebih cepat terjalin. Deri juga banyak memberikan informasi tentang keberadaan gua gua di daerahnya ini.

Hari berikutnya, kami melakukan persiapan penelusuran terakhir. Tujuan kali ini adalah gua sungai lantuang. Dari base camp kami harus berjalan sejauh ± 1 km. Perjalanan pada pagi hari yang cerah terasa sangat menyenangkan. Melintasi sawah para petani dan sebuah sungai berair jernih menambah indahnya suasana perjalanan kami. Tidak jauh berbeda dengan gua Kompe, gua Sungai Lantuang ini juga berada pada lereng sebuah perbukitan. Karena rimbunnya pohon di perbukitan ini, seluruh anggota tim harus menghabiskan waktu ± 1 jam, untuk menemukan mulut guanya. Sesampinya di gua, tim kembali mempersiapkan perlengkapan SRT. Perjalanan turun pada gua ini tidak terlalu mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan oleh lokasinya yang berada tidak jauh dari mulut gua, sehingga cahaya matahari masih menerangi ruang didalamnya. Gua ini tidak terlalu panjang, setelah menuruni tebing setinggi ± 8 meter, kami langsung menemui sebuah ruangan yang tidak begitu luas. Pada bagian pinggir, dari dinding gua ini, mengalir sebuah sungai kecil. Salah seorang diantara kami, menyinari sungai kecil tersebut. Tampak beberapa ikan kecil bergerak gerak lincah menjauhi cahaya senter kami. Semua anggota tim tampak merasa puas. Bisa kami simpulkan, gua yang berhasil kami temui di daerah ini masih terjaga habitat dan ekosistem di dalamnya. Sebelum bergerak keluar, sang fotografer kami, Arie, tidak lupa mendokumentasikan seluruh keindahan gua Sungai Lantuang ini. Begitu pula dengan gua - gua sebelumnya yang telah kami telusuri. Sebelum senja menghampiri, kami bergerak menuju base camp.

Perjalanan yang dilakukan pada gua - gua ini ternyata memberi kenagan yang tak mungkin terlupakan. Keindahan yang di temukan setiap penelusuran dilakukan, telah mengingatkan kita tentang besarnya kuasa sang pencipta. Dapat kita bayangkan bahwa gua dan seluruh ornamen di dalamnya, tercipta dalam rentang waktu yang sangat panjang dan alami, tanpa campur tangan manusia. jika semuanya itu tidak berhasil kita jaga, tentu tantangan yang berhasil kami temui sekarang ini, akan tinggal cerita, pengantar tidur bagi anak cucu kita kelak.

Setelah selesai makan malam, kami melakukan briefing singkat, disaksikan oleh pemilik rumah. Malam ini terasa lebih menyenangkan. Target berhasil kami capai, esok harinya, kami akan kembali pulang ke Padang. Membawa segudang pengalaman yang sangat seru untuk diceritakan pada seluruh kawan - kawan yang sudah menunggu di kantor Mapala Unand. (Heru Dahnur/ MU 173 Srk.)

by mapalaunand.com

Info untuk kenyamanan perjalanan wisata anda.

Rabu, 04 Maret 2009

Objek Wisata Goa di Sumatera Barat.

1. Ngalau Indah Payakumbuh
Goa ini sanagt indah beraneka macam bentuk stalagtit atau stalagmit ada disini,lokasinya yang dekat dengan kota Payakumbuh membuat Goa Ngalau indah ini mudah untuk kunjungi.
Tentang Ngalau Indah Payakumbuh lihat disini

2. Ngalau Kamang.
Goa ini sangat terkenal disaat perjuangan dahulu,goa ini menjadi markas para pejuang.Goa yang terletak di nagari Kamang Kota Bukittinggi ini sangat indah.Mengenai Ngalau kamang dapat dilahat disini

3.Lobang Jepang
Lobang jepang ini sarat nilai sejarah,lobang yang di buat oleh tentera jepang ini dahulu merupakan penjara bawah tanah.Lobang jepang di Kota Bukittinggi ini sekarang menjadi objek wisata yang menarik.mengenai lobang jepang lihat disini

4. Goa Sisawah Kab.Sijunjung

5. Ngalau (Goa) Basurek

6. Goa Loguang

7. Goa Sungai Mintan Solok Selatan

Ngalau Kamang,Legenda Perjuangan


15 km dari bukittinggi, terdapat gua, yang panjangnya 5 km, dinamakan gua ngalau kamang. stalagmit & stalagtit yang ada di dalam gua membuat suasana romantis, dengan sinar lampu, menarik wisatawan.
CUKUP beralasan kalau Sumatera Barat dijadikan satu di antara 9 dari tujuan wisata. Di sana tak sedikit yang bisa dilihat. Misalnya Ngalau Kamang di Ranah Minang yang kesohor itu. Sasaran wisata yang cukup unik ini adalah paduan antara keindahan pemandangan dan keajaiban alam dengan latar belakang sejarah. Dan jangan lupa tempat yang menawarkan suasana romantis itu juga bisa bikin jantung berdebar-debar. Ngalau Kamang memang bukan sekedar gua yang memanjang menerobos bukit. Menurut Nazar Sidin SH wakil ketua Bapparda Sumatera Barat ngala amang berarti gua air.

Seperti diisyaratkan namanya tempat tamasya itu memang gua dan air. Di sepanjang gua yang 5 km itu tak ada sebuah sungai kecil mengalir. Ini tidak berarti bahwa kalau orang menyusuri itu gua lantas berkecupak air apalagi khawatir terlanda banjir. Sebab dinding-dinding gua alamiah ini sudah dibeton sekalipun terasa lembab. Dan itu kan memang sudah menjadi sifat hampir semua gua yang biasanya selalu dirembesi air. Karena itu lantai beton sepanjang gua pun jadi agak licin. Dari sumber mata air di bukit yang agal ketinggian air mengalir menuju sumber di tengah-tengah gua yang dalamnya tak kurang dari 25 meter dengan lebar 2« meter. Juara loncat jauh pun agaknya akan berfikir-fikir dulu buat melompatinya'.

Gambaran seperti itulah yang mungkin bisa menawarkan suasana avontur. Kaki mudah terpeleset kalau tak berhati-hati. Dan kalau itu terjadi dinding beton siap memberi benturan-benturan. Bukan itu saja benda-benda yang bersembulan bagai kerucut tajam pun tak segan-segan menyambutnya. Karena proses kimiawi selama ratusan tahun -- dan diduga seumur gua itu sendiri-cairan-cairan kapur yang nenetes lalu membatu bahkan mengeras. Lebih keras dari batu biasa. Tentu saja sebab zat kapur itu sendiri juga mengandung zat perekat. Yang menetes (dan karenanya tergantung) disebut stalastit, sedang hasil tetesan (yang menggunung dengan ujung tajam) disebut Istalagnit.

Kerucut-kerucut yang putih kekuning-kuningan ini tak jarang berukuran sampai 2 meter. Di Karang Bolong atau Gua Rasa Wuni wilayah Yogya atau Gua Ijo dekat Gombong, juga ada panorama seperti itu sekalipun tidak sebesar dan sepanjang Ngalau Kamang. Tempat seperti ini tentu sangat mengesankan bagi muda-mudi yang sedang berkasih-kasihan, gurau Naar kepada reporter DS Karma yang pertengahan Nopember kemarin, bersama-sama sejumlah wartawan Jakarta Singapura dan Malaysia dikirim ke sana oleh Direktorat Bina Pemasaran Pariwisata. Kalau saja ketika itu ada wartawan yang mencoba berasyik-masyuk memang bisa saja. Dengan berpura-pura mau terpeleset atau menghindar dari benturan-benturan sang pacar boleh dipegang atau dirangkul erat-erat.

Namun tidak berarti gua ini sempit. Lebarnya kurang lebih 2« meter dan juga tidak terlalu gelap gulita. Sebab selain ada seorang petugas yang memandu dengan lampu petromaks di tangan di beberapa tempat dipasang lampu-lampu neon yang menyala berkat sebuah pembangkit tenaga listrik.

Dengan begitu sang gua tidak hanya berfungsi sebagai pengasyik yang berkencan saja. Stalagtit dan stalagmit tentu bakal bikin kagum wisatawan, paling tidak wisatawan domestik. Sebab di Belgia misalnya orang juga mengenal gua semacam itu -- bahkan lebih panjang dan luas dengan sebuah panggung dan bar di dalamnya. Dikenal dengan sebutan Hans Grotto dekat kota Lesse panjangnya tak kurang dari 12 kilometer sekalipun yang bisa dinikmati turis cuma 2 kilometer saja. Dan juga diberi penerangan segala macam. Tapi penerangan di Ngalau Kamang bukannya tidak menarik.

Efek bayangan kerucut kapur mampu menggugah imajinasi macam-macam. Dan rupanya sekalipun tidak disengaja. Lampu neon itu memang tidak memberikan penerangan yang benderang hingga keremangan di rongga gua semakin memperkuat pesona dan romantis. Apalagi kalau diselnya ngadat alias mogok. Tinggal cahaya petrouaks saja yang membiaskan cahaya menyeramkan. Dulu pernah dipasang lampu sorot tapi kemudian rusak. Dan sampai sekarang belum sempat diganti", keluh Nazar. Keluhan macam itu akan terdengar pula kalau ia teringat keinginan annya membikin jembatan di atas sumur (lebih tepat jurang) di tengah gua.

Pejuang

Dulu tempat ini pernah dijadikan benteng pertahanan pejuang-pejuang kemerdekaan melawan penjajah", tutur Nazar. Di tahun 1831, sebagai benteng bagi Tuanku Nan Rcnceh dan pengikut-pengikutnya. Adapun tuanku yang satu ini adalah salah seorang perwira dan pejuang nan masyhur pengikut Tuanku lmam Bonjol pejuang kemerdekaan melawan penjajah dalam Perang Padri 1821 --1837 seperti dituturkan sejarah. Nan Rencch dikenal pula sebagai satu di antara Hariman Nan Salapan (Harimau Yang Delapan) di Luhuk Agam. Kedelapan perwira Imam Bonjol ini sangat ditakuti Belanda. Dalam gua Ngalau Kamang memang ada ruangan seluas 70 meter persegi tempat Tuanku Nan Renceh mengatur siasat dan mempertahankan diri. Dan pastilah gua ini ideal untuk itu. Ada sumur yang airnya bersih dan cukup buat persediaan memasak sementara bukit yang melindungi gua tak mudah digempur meriam sundut ataau metraliur model kuno saat itu.

Tak jelas kapan gua ini diketemukan orang. Yang jelas dulu dihuni orang primitif, tutur Nazar pula yang menambahkan bahwa orang pariwisata baru menanganinya sejak 1969. Tempat piknik yang berjarak 15 kilometer dari Bukittinggi ini memang mudah dicapai dengan sembarang jenis kendaraan. Jalan ke sana cukup baik datar sekalipun belum diaspal. Dan karena sudah dipariwisatakan maka pintu-pintu gua pun dihiasi dengan gerbang model rumah gadang. Masuk dari pintu utama turis boleh keluar dari lobang lain di tempat agak tinggi. Kelak di sekitar gua dan sekelilingnya akan diperindah dengan tanaman flamboyan ucap Nazar yang sama sekali tak khawatir kalau-kalau hal itu justru bakal mengurangi keaslian atau suasananya yang agak seram. Tapi kapan? Nazar hanya geleng kepala. Penghambatnya soal yang biasa: biaya.

dicopy dari tempointeraktif.com

Info untuk kenyamanan perjalanan wisata anda.

Lobang Jepang Di Bukittinggi

Lobang Jepang merupakan salah satu objek pelancongan yang ada dalam Kota Bukittinggi dan merupakan peninggalan sejarah dari kependudukan Jepang selama berada di Bukittinggi.

Karena Bukittinggi yang sangat strategis, terletak di tengah - tengah Pulau Sumatera, maka penjajah Jepang menetapkan Kota Bukittinggi sebagai Pusat Komando Pertahanan Tentara Jepang di Sumatera (Seiko Sikikan Kakka) yang dipimpin oleh Jenderal Watanabe.

Sebagai kubu pertahanan militer bagi Jepang dibuatlah terowongan dibawah jantung kota Bukittinggi, disamping berfungsi sebagai pertahanan juga dipersiapkan sebagai penyimpan amunisi, barak, ruang makan, rumah sakit, ruang sidang dan dapur, yang jumlah keseluruhan ruangan 27 buah dan merupakan satu komplek lengkap, seperti denah yang dapat dilihat pada dinding pintu masuk.

Panjang lobang yang terdapat dilokasi Panorama ini lebih kurang 1400 meter, sedangkan panjang keseluruhan yang berada di bawah Kota Bukittinggi diperkirakan lebih kurang sekitar 5000 meter, dengan demikian yang terawat/terpelihara baru 30% dari lobang yang ada.

Kegunaan utama dari Lobang Jepang ini adalah sebagai basis pertahanan militer penjajah Jepang dari serangan Sekutu maka pembangunannya sangat dirahasiakan, dan tidak seorangpun yang mengetahui secara pasti kapan lobang jepang ini mulai dibangun. Hanya dapat diperkirakan beberapa bulan sesudah Maret 1942, saat Jepang merebut Kota Bukittinggi dari tangan Pemerintah Belanda.

Tenaga kerja kasar untuk mengali Lobang ini diambil dari orang - orang Indonesia yang ditangkap dari daerah lain, seperti dari pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera Selatan dan lain sebagainya, sedangkan hasil tangkapan dari Bukittinggi sendiri di bawa pula ke daetrah lain untuk dipekerja paksakan pula pada proyek - proyek lainnya, seperti le Loge untuk m,embuat jalan kereta api yang akan menghubungkan Muaro Sijunjung dengan Pekanbaru Riau. Namun pekerjaan ini tidak kunjung slesai, karena Jepang keburu kalah ditangan tentara Sekutu.

Tenaga teknis dalam pembangunan Lobang ini diambilkan dari orang - orang Indonesia yang bekerja di Tambang Batu bara Ombilin Sawahlunto yang berasal dari pulau Jawa.

Semua tenaga kerja kasar tidak sati orangpun yang dapat menyelamatkan diri, semuanya meningal disebabkan kekurangan makanan dan siksaan dari tentara Jepang. sehingga kerahasiaan Lobang tetap terpelihara.

Sekalipun Lobang ini dapat diselesaikan, namun belum sempat dimanfaatkan secara sempurna, karena Jepang keburu bertekuk lutut kepada tentara Sekutu akibat Dua Buah Atom yang dijatuhkan Tentara Sekutu di Kota Nagasaki dan Hirosima pada tanggal 7 dan 8 Agustus 1945, dan berlanjut dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno - Hatta.

Saat ini Lobang Jepang ini cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan baik Mancanegara maupun Nusantara dan merupakan objek wisata favorite di Bukittinggi dan bahkan Sumatera Barat.

kondisi dalam terowongan

Dari pintu gerbang, kita menurunbi anak tangga sebanyak 135 buah, apabila anak tangga ini tingginya rata - rata 20 cm, dengan demikian 135 anak tangga berarti kita telah turun setinggi 27 M. jika kita bandingkan lagi tempat kita berdiri sekarang dengan jalan yang ada diatas kita, mempunyai perbedaan tinggi lebih kurang 5 M. dari perhitungan ini diketahuilah bahwa dasar Lobang berkisar antara 30 sampai 40 M dari permukaan tanah. Kedalaman ini sudah cukup aman dinilai oleh Jepang terhadap serangan udara dari Tentara Sekutu.

dicopy dari Indonesia travel.biz

Info untuk kenyamanan perjalanan wisata anda.





Ngalau Indah,Goa Alam di Payakumbuh

Pemandangan di Dalam Goa Ngalau Indah

Objek wisata Goa yang bernama Ngalau indah ini terletak di kota payakumbuh,berada pada lereng perbukitan disekitar kota payakumbuh

Didalam goa ini kita dapat menyaksikan stalagmite dan stalagit yang beraneka macam bentuknya.Seperti bentuk kursi,ruang tidur,kelambu dan sebagainya.Sungguh menakjubkan ukiran alam yang terbuat dari endapan batu kapur yang prosesnya mencapai ratusan tahun.

Disamping keindahan didalam goa diluar goa pun tidak kalah indahnya,Ketika kita memandang kebawah,panorama kota payakumbuh menghadang di depan mata.Panorama ini menyajikan pemandangan bangunan kota payakumbuh,hamparan sawah dan hijaunya perbukitan sekitar kota payakumbuh.

Disekitar Ngalau juga tidak kalah indahnya,ada beberapa ukiran batu dipintu masuk goa,ada yang di ukir seperti gajah,kursi dan lain-lain.Batu tersebut diberi nama sesuai dengan bentuknya.

Dan yang paling menarik di goa Ngalau indah ini adalah batu tira,batu berwarna putih ini yang apabila terkena sorotan lampu senter atau cahaya akan memantulkan kemilau cahaya yang indah.

Untuk memanjakan pengunjung pengelolah goa ngalau indah teleh melengkapi goa dengan lampu penerang dan anak tangga di dalam goa.

Jika ada wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi objek wisata ini dari Padang anda lansung menuju Kota payakumbuh.Dari kota Payakumbuh bias naik angkot atau bendi ke Objek wisata Ngalau indah ini

Harga tiket masuknya lumayan murah Dewasa Rp.5000,- dan Anak-anak Rp.3000,-

Selamat menikmati keindahan Goa Ngalau Indah.

By.Basriandi Abbas.

Info untuk kenyamanan perjalanan wisata anda.